Sumber: kompas.com
Stigma negatif yang menempel pada perusahaan sawit memang
sulit diubah. Banyaknya praktek operasional yang tidak bertanggung jawab seakan
terus memperkuat stigma tersebut. Hal tersebut sangat disadari oleh Asian Agri
selaku salah satu produsen minyak sawit terbesar di Asia. Namun bukan hanya
itu, perusahaan Sukanto Tanoto
tersebut juga memahami bahwa kelestarian lingkungan juga berperan besar
terhadap keberlangsungan bisnisnya.
Pemahaman tersebut mendorong Asian Agri untuk terus
mengembangkan diri bukan hanya dari sisi bisnis namun juga dalam hal memenuhi
peran sosial yang secara otomatis diemban. Untuk tujuan itulah, perusahaan Sukanto Tanoto tersebut menggandeng
petani swadaya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar
sekaligus menekan eksploitasi alam berlebihan.
Menjalin Kemitraan Demi Wujudkan Kesejahteraan Bersama
Asian Agri dikenal sebagai salah satu produsen minyak sawit
terbesar di Asia. Dengan produksi tahunan mencapai 1,2 juta ton metrik minyak
sawit mentah, hal tersebut membuat Asian Agri menjadi salah satu pemain global
yang diperhitungkan. Besarnya jumlah produksi tahunan perusahaan Sukanto Tanoto tersebut tidak lepas
dari luas lahan yang dikelola.
Sedikitnya Asian Agri mengelola perkebunan sawit seluas
100.000 hektar. Meski demikian, produksi tahunan 1,2 juta ton metrik minyak
sawit mentah yang dihasilkan tidak hanya berasal dari perkebunan sawit yang
dikelola oleh perusahaan. Asian Agri juga mendapat pasokan buah sawit dari
petani swadaya dengan total lahan seluas 41.000 hektar dan 60.000 hektar dalam
skema plasma.
Demi memenuhi target produksi minyak sawitnya, Asian Agri
membeli sedikitnya 250.000 ton buah sawit dari petani swadaya. Hal tersebut
dilakukan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan bahan baku. Asian Agri
melakukannya juga untuk membantu meningkatkan kesejahteraan petani sawit
swadaya.
Kemitraan perusahaan Sukanto
Tanoto dengan petani swadaya juga sejalan dengan kebijakan no deforestasi
perusahaan. Sejak tahun 2003, Asian Agri telah menghentikan perluasan lahan
intinya. Sebagai gantinya, unit bisnis Royal Golden Eagle tersebut lebih fokus
pada optimalisasi pemanfaatan lahan yang ada dan menggandeng petani swadaya.
Membantu Meningkatkan Daya Saing Petani Swadaya Melalui Program Pelatihan
Berbeda dengan perusahaan besar, petani swadaya memiliki
sumber daya yang jauh lebih terbatas. Keterbatasan tersebut sering kali membuat
petani swadaya kesulitan dalam meningkatkan daya saingnya, khususnya dalam hal
peningkatan kualitas buah sawit yang dihasilkan.
Untuk membantu hal tersebut, Asian Agri kerap mengadakan
pelatihan untuk mitra petani swadaya. Praktek agrikultur yang baik dan
bertanggung jawab diajarkan dalam pelatihan tersebut. Perusahaan Sukanto Tanoto tersebut juga aktif
memberi pendampingan kepada para petani dan siap memberi bantuan bibit dan
peralatan untuk membuka lahan tanpa pembakaran.
Selain itu, Asian Agri juga terus mendorong mitra petani
swadaya untuk menerapkan praktek pertanian yang ramah lingkungan dan
bertanggung jawab. Perusahaan hanya menerima buah sawit yang telah mendapat
sertifikasi dari pemerintah. Namun bukan hanya memberi dorongan, Asian Agri
juga siap membantu petani swadaya yang ingin mendapatkan sertifikasi.
Bersama dengan Tanoto Foundation dan United Nations
Development Programme (UNDP), Asian Agri membangun pusat Unggulan Program
Inisiatif Kelapa Sawit Berkelanjutan untuk membantu petani swadaya
mengembangkan daya saing sekaligus mendapatkan sertifikasi yang dibutuhkan.
Kerja sama dengan United Nations Development Programme
(UNDP) dimaksudkan untuk membantu dalam hal advokasi. Asian Agri juga bekerja
sama dengan pemerintah pusat dan daerah untuk membantu mempermudah petani
swadaya mendapatkan sertifikasi.
Dengan cara ini, perusahaan Sukanto Tanoto membantu petani sawit
swadaya meningkatkan daya saingnya.
Bukan hanya itu saja, kerja sama dan bantuan tersebut juga diharapkan dapat
memperluas praktek pertanian yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.
0 komentar:
Posting Komentar